Hubungan Pertemanan Orang Dewasa itu Soal Kualitas, Bukan Kuantitas


Semakin dewasa, makna sebuah pertemanan itu akan semakin bias dengan makna relasi. Banyak yang akhirnya berakhir sendirian, karena semua teman yg dipunya hanya merupakan relasi. Mereka membuat hubungan, ikatan, namun tidak dalam, hanya dipermukaan. Sehingga banyak orang dewasa yang akhirnya menjadi introvert karena keadaan.

Bukan introvert sih, mungkin lebih tepatnya lebih suka sendirian dibanding kumpul-kumpul cakep dengan yang lainnya.

Namun, seiring berjalannya waktu, setelah melalui banyak hal, banyak salah paham, kenangan, kenal satu sama lain, hapal kebiasaan, ada saja yang lolos akan seleksi alam dan bertahan. Salah satunya adalah mbak ini, yang feeds IG-nya kebanyakan berisi makanan.

Sudah dari 2009 lalu kami berteman, menjadi rekan kerja, kemudian menjadi rekan traveling, setelahnya menjadi teman nonton dan kuliner. Hanya karena kami berdua mau memahami, dan mampu menoleransi serta bertahan dalam menghadapi sifat-sifat destruktif yang kami miliki.

Seorang guru Kimia, yang meskipun Kimia sama sekali bukan pelajaran favoritku, mau berhadapan dengan ke-moody-an aku. Kami berdua sama2 sudah gak ribet lagi kalau janjian trus karena gak mood, ngebatalin gitu aja. Mungkin karena semakin tua, semakin minim ngedrama. Meskipun jadinya benar-benar kompak ngeselinnya.

Tapi, memang benar, pada akhirnya hubungan pertemanan yang sanggup bertahan itu karena memiliki spesialisasi sendiri, sehingga menjadi berkualitas. Semakin dewasa, pengakuan dengan kuantitas hubungan pertemanan jadi tidak penting. Iya, mendewasa memang menyebalkan karena jadi malas berurusan dengan hal-hal yang mendebarkan. Karena orang dewasa kebanyakan mengidamkan hidup damai dalam sisa umurnya setelah terlalu lelah kecewa akan ekspektasi masa muda.

Semoga, kualitas pertemanan kita bertambah ya mba. Kita udh lebih satu dekade loh, kalau Kredit KPR, dikit lagi lunas. ๐Ÿ˜˜๐Ÿ˜˜

๐Ÿ“ทInframe : @semutpink4486

30haribercerita day 10 : checked.
-FDP

Komentar